“Dear Mahasiswa! Perusahaan Butuh Keahlian, Bukan IPK”

Mahasiswa yang berorientasi kerja setelah lulus atau menjadi sarjana harus lebih fokus pada keahlian atau keterampilan (soft skills) ketimbang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Pasalnya, kini perusahaan atau dunia kerja tidak lagi melihat besaran IPK, melainkan kompetensi atau keahlian.

“Betul (perusahaan tidak melihat IPK), yang pengaruh soft skill keterampilan,” ujar Tiomega Gultom, Kepala Subdirektorat Penyelarasan Kebutuhan Kerja, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti dilansir suara.com.

Dijelaskan, saat ini ketika seseorang lulus atau menjadi sarjana, maka selain ijazah ia juga harus punya surat keterangan pendamping ijazah atau SKPI yang setara dengan sertifikat pengalaman apa yang dimiliki. Baik di masyarakat sosial, organisasi atau perusahaan, sertifikat ini akan jadi nilai jual.

“Jadi begitu lihat dia tinggi IPK-nya sekian, tapi kalau nggak punya surat keterangan pendamping ijazah susah,” ungkapnya.

“Jadi bekerja dilihat itu, keterampilan anak ini seperti apa, surat keterangan pendamping ijazah itu seperti apa, kan yang namanya sertifikat-sertifikat itu dilihat juga. Bahkan sebagai ketua mesjid, remaja mesjid, sekretaris RT juga dilihat, berarti dia bisa bekerja sama,” sambungnya.

Berdasarakan temuan platform persiapan karier Rencanamu, setidaknya ada tujuh sektor industri yang sedang berkembang saat ini, yakni Digital Komputer Informatika, Keuangan Perbankan, Media Periklanan, Transportasi Distribusi Logistik, Seni Desain, Arsitektur Konstruksi dan Perhotelan Pariwisata Event.

Data ini didapat berdasarkan Riset Kuantitatif, data sekunder serta survei terhadap praktisi industri. Dari 1,6 juta siswa dan mahasiswa yang di data ditemukan juga lulusan baru dirasa tidak mempunyai skills dan kompetensi sesuai seperti yang dibutuhkan saat ini.

Meski demikian, IPK tetap penting sehingga jangan sampai di bawa 3.0. Laman Qerja.com mencatat, di dunia korporat, masih banyak pihak yang menuntut calon pegawainya memiliki IPK minimal di atas 3.00, bahkan di atas 3.50.

Bagi mereka yang kompeten, namun karena alasan tertentu tidak memiliki IPK tinggi, hal ini mungkin terasa agak elitis dan kurang adil.

Nilai IPK adalah salah satu penilaian awal terhadap kompetensi teknis Anda sebelum Anda duduk di hadapan pewawancara. Nilai IPK yang tinggi diasumsikan menandakan Anda sukses memahami teori dan aplikasi jurusan Anda dengan baik. Untuk sejumlah posisi pekerjaan yang mengutamakan keahlian secara spesifik, hal ini bisa dibilang cukup penting.

Lowongan pekerjaan dari perusahaan terkemuka di bidang konsultasi, keuangan, dan teknologi paling sering ditemukan mencantumkan IPK di atas rata-rata sebagai salah satu persyaratan utama. Kesemuanya merupakan industri yang cukup kompetitif dan selalu menarik minat kaum profesional. Mereka bisa dipastikan selalu dibanjiri lamaran kerja sehingga nilai IPK tinggi ini pun dijadikan saringan awal agar hanya kandidat yang benar-benar berkualitas bisa maju ke tahap wawancara.

Sumber

admin sanda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *